MEDIACAHAYU – Tuberkulosis (TB) masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia. Dengan posisi sebagai negara kedua tertinggi di dunia untuk jumlah kasus—lebih dari satu juta penderita dan 130 ribu kematian per tahun—penanganan TB memerlukan langkah yang terukur, lintas sektor, dan berkesinambungan.
Dalam Diskusi Publik bertema “Bagaimana Pengelolaan Penanganan TBC yang Ada di Indonesia” yang digelar Yayasan Tujuh Delapan (78) Agung di Jakarta.
Komisaris Bio Farma, dr. Relly Reagen, menegaskan bahwa kolaborasi strategis menjadi kunci, termasuk tindak lanjut kerja sama Presiden Prabowo Subianto dan Bill Gates untuk pengembangan vaksin TBC.
“Relawan TBC perlu dibentuk di zona merah, mulai dari Jakarta Timur, Surabaya, Bandung, Makassar, Papua, hingga wilayah pedesaan,” kata Reagen dikutip Senin (11/8)
Direktur Pemasaran Bio Farma, dr. Kamelia Faisal, menjabarkan tiga strategi utama perusahaan pelat merah ini: memperkuat kerja sama global untuk kemandirian tes TB, mempertahankan produksi vaksin Bacillus Calmette-Guerrin (BCG) untuk imunisasi dasar anak, serta mengembangkan vaksin generasi terbaru untuk mengatasi TB resisten obat. Kerja sama dengan Becton Dickinson dan Serum Institute of India disebut menjadi bagian dari percepatan inovasi diagnostik dan pencegahan.
Namun, pengamat kesehatan menilai bahwa strategi di tingkat nasional harus diikuti eksekusi yang konsisten di daerah, terutama dalam distribusi vaksin, akses diagnostik, dan pendampingan pasien. Tanpa itu, target “Indonesia Bebas TB 2045” berisiko menjadi retorika, sementara angka kasus tetap stagnan atau bahkan meningkat.