MEDIACAHAYU — Indonesia mencatat tonggak penting dalam sejarah kedokteran nuklir nasional. Untuk pertama kalinya, radiofarmaka buatan dalam negeri, Fludeoxyglucose-18F bermerek FloDeg, diterbangkan dari Bandung menuju RSUP Surabaya, Selasa (12/8).
Produk ini tak sekadar hasil riset Bio Farma, tapi simbol kemandirian bangsa dalam menghadapi penyakit mematikan yang selama ini bergantung pada pasokan impor.
FloDeg adalah bahan baku vital untuk pemeriksaan Positron Emission Tomography Scan (PET Scan)—teknologi penentu diagnosis kanker, penyakit jantung, gangguan saraf, hingga kelainan ginjal. Diproduksi di fasilitas Cyclotron Bio Farma dengan standar mutu internasional, FloDeg hanya punya “masa hidup” efektif hitungan jam.
Itulah mengapa kolaborasi dengan Garuda Indonesia menjadi mutlak, mengingat produk ini masuk kategori Dangerous Goods kelas 7 dan menuntut ketepatan waktu tanpa kompromi.
“Ini tonggak pemerataan pelayanan kedokteran nuklir di Indonesia,” kata Direktur Sales Bio Farma, Kamelia Faisal. dikutip Kamis (14/8/2025)
Ia menegaskan, lewat dukungan transportasi udara yang andal, FloDeg dapat digunakan tepat waktu di ruang-ruang medis yang membutuhkannya.
Direktur Niaga Garuda Indonesia, Reza Aulia Hakim, menyebut misi ini sebagai kehormatan sekaligus tanggung jawab. “Kami menjaga akurasi waktu dan keamanan sebagai prioritas, apalagi untuk bahan medis berteknologi tinggi seperti ini,” ujarnya.
Meski demikian, pemerataan layanan kedokteran nuklir masih menghadapi tantangan: keterbatasan infrastruktur rumah sakit, kelangkaan tenaga medis bersertifikasi PET Scan di daerah, dan biaya layanan yang belum ramah kantong pasien. Pengiriman FloDeg ke Surabaya adalah langkah awal; perjuangan sesungguhnya ada di memastikan setiap pasien di pelosok negeri punya akses yang sama.
Langkah strategis ini selaras dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan penguatan ketahanan nasional di sektor kesehatan, peningkatan SDM, dan kemandirian industri strategis. FloDeg bukan sekadar inovasi, tapi ujian: mampukah Indonesia menjaga keberlanjutan produksi, distribusi, dan pemerataan layanan demi nyawa warganya?