MEDIACAHAYU – Kepemimpinan dengan purpose atau tujuan yang jelas dipandang sebagai kunci menghadapi perubahan global yang serba tidak pasti.
Pesan itu mengemuka dalam sesi “Leading with Purpose: Driving Sustainable Change in a Rapidly Evolving World” pada International Conference on Management in Emerging Markets (ICMEM) 2025 yang digelar di School of Business and Management, Institut Teknologi Bandung (SBM ITB).
Prof. Hazel Gruenewald dan Dr. Veronica Afridita Khristiningrum menegaskan bahwa pemimpin modern tidak cukup hanya berfokus pada jangka pendek. Dunia yang kian kompleks—ditandai kondisi VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity)—menuntut pemimpin memiliki visi strategis jangka panjang serta adaptif dalam setiap keputusan.
“Purpose bukan sekadar slogan di dinding kantor. Ia adalah kompas yang membimbing keputusan di tengah prioritas yang saling bertentangan,” kata Prof. Hazel, dikutip Kamis, (21/8)
Ia menambahkan, organisasi dengan tujuan jelas mampu mengungguli pesaing hingga 15 kali lipat dalam kinerja pasar.
Dr. Veronica memperkenalkan konsep ambidextrous leadership, yakni kemampuan menyeimbangkan eksploitasi sumber daya yang ada dan eksplorasi inovasi baru. “Pemimpin modern harus menyeimbangkan kontrol dengan pemberdayaan, mengelola kebutuhan hari ini sembari menyiapkan masa depan,” ujarnya.
Diskusi itu menyinggung pula tiga bentuk inovasi yang relevan: incremental innovation (peningkatan bertahap), architectural innovation (perubahan desain struktur bisnis), dan discontinuous innovation (inovasi radikal yang mengubah lanskap industri). Struktur organisasi pun mesti disesuaikan, apakah mekanistik—cocok untuk sektor stabil seperti keuangan—atau organik untuk industri yang dinamis seperti teknologi.
Prof. Hazel juga menyoroti konsep gaya kepemimpinan PEAI (Producer, Entrepreneur, Administrator, Integrator) serta keseimbangan CAPI (capacity, authority, power, influence) dalam eksekusi tugas. “Efektivitas pemimpin ditentukan oleh kemampuannya menghindari busy trap—terlihat sibuk namun tidak memberi dampak strategis,” tegasnya.
Dr. Veronica menutup dengan enam alat reflektif untuk pemimpin: mengangkat kepala (perspektif), meninjau prioritas, mengambil keputusan sadar, berpikir jauh ke depan, hadir secara nyata, serta menciptakan warisan kepemimpinan. “Kepemimpinan bukan hanya soal mengelola hari ini, melainkan meninggalkan legacy bagi masa depan yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Konferensi ini menegaskan bahwa purpose-driven leadership bukan sekadar tren wacana, melainkan fondasi membangun organisasi yang tangguh, inovatif, dan relevan menghadapi perubahan zaman.***