MEDIACAHAYU — Lagi-lagi dunia otomotif diguncang kabar gak enak. Kali ini datang dari Jaguar Land Rover (JLR) yang lagi babak belur. Setelah sistem mereka kena serangan siber besar-besaran di awal September, efek domino langsung terasa: penjualan anjlok parah di seluruh dunia.
Data terbaru nunjukin kalau penjualan grosir JLR turun 24,2% dibanding tahun lalu, dan penjualan eceran juga jeblok 17,1% ke angka 85.495 unit. Gak cuma itu, pasar utama kayak Inggris, China, dan Timur Tengah juga kena imbas gede — masing-masing turun sampai 32%, 22%, dan 15%.
Padahal, JLR lagi gencar-gencarnya ngedorong model mewah kayak Range Rover, Range Rover Sport, dan Defender, yang justru sekarang nyumbang 76,7% dari total penjualan. Tapi gara-gara serangan hacker, produksi di beberapa pabrik harus stop total, bikin suplai kendaraan ke pasar macet parah.
“Serangan ini datang di momen paling krusial, saat kami lagi ubah arah bisnis besar-besaran,” kata Adrian Mardell, CEO JLR. Dia juga bilang, timnya lagi kerja keras buat nyalain lagi pabrik-pabrik yang sempat padam, termasuk Wolverhampton, Nitra, dan Solihull.
Masalah gak berhenti di situ. Kenaikan tarif impor di AS ikut nyulut krisis ekspor JLR. Ditambah, beberapa model Jaguar lawas juga mulai dihentikan, bikin portofolio produk makin sempit.
Tapi di tengah badai, Mardell tetap optimistis. “Kami tahu ini masa yang berat, tapi proses pemulihan sudah mulai jalan,” ujarnya. Ia juga gak lupa ngasih shout-out buat karyawan dan dealer yang tetap setia ngawal brand ikonik ini di masa sulit.
Meski begitu, publik dan pecinta otomotif cuma bisa berharap satu hal: semoga mobil-mobil ikonik Inggris ini gak hilang pamornya di tengah era penuh drama — antara serangan siber, krisis ekonomi, dan pertempuran pasar global yang makin ganas.***