MEDIACAHAYU – Di tengah gegap gempita Indonesia Open 2025, sebuah sinyal strategis bergema dari jantung Indonesia Arena, Jakarta.
Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo menyambut hangat tawaran dari Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) untuk menjadikan Indonesia tuan rumah dua ajang prestisius: Piala Sudirman 2027 serta Piala Thomas dan Uber 2028.
“Ini merupakan kesempatan besar untuk menunjukkan kapasitas Indonesia sebagai pusat olahraga dunia,” ujar Dito dalam pernyataan resminya. Selasa (10/6/2025)
Dito menyebut bulu tangkis bukan sekadar cabang olahraga, tapi bagian dari identitas nasional yang telah berakar kuat di hati masyarakat.
Tawaran tersebut datang langsung dari Presiden BWF, Khunying Patama Leeswadtrakul, saat melakukan kunjungan ke Indonesia Arena pada Minggu (8/6). Momen itu tidak hanya menjadi ajang inspeksi infrastruktur, melainkan juga simbol kedekatan diplomatik olahraga antara Indonesia dan BWF.
Kunjungan Patama, yang bertepatan dengan berlangsungnya Kapal Api Indonesia Open 2025, bukan sekadar basa-basi protokoler. Ada pesan penting yang dibawa: dunia kini melihat Indonesia sebagai poros penting bulu tangkis internasional.
Dalam konteks ini, Dito tak sekadar menjadi pejabat negara, tetapi juga diplomat olahraga yang membawa nama bangsa ke pentas global.
Indonesia Arena, dengan kapasitas dan fasilitas bertaraf dunia, tampaknya menjadi magnet tersendiri. Dalam lanskap kompetisi global yang kian kompetitif, infrastruktur dan kesiapan logistik menjadi penentu utama. Dan Indonesia, tampaknya, ingin membuktikan diri bukan hanya sebagai ladang talenta, tetapi juga sebagai tuan rumah yang mumpuni.
Lebih dari sekadar penyelenggaraan turnamen, tawaran ini membuka peluang kerja sama strategis jangka panjang antara Indonesia dan BWF. Tidak hanya dalam hal infrastruktur dan logistik, tetapi juga dalam pengembangan program pembinaan, pertukaran ilmu kepelatihan, hingga peluang peningkatan ekosistem industri olahraga nasional.
Jika tawaran ini berlanjut ke kesepakatan konkret, maka 2027 dan 2028 bisa menjadi tahun-tahun emas bagi diplomasi olahraga Indonesia. Bukan hanya mengukuhkan posisi bulu tangkis sebagai primadona negeri, tetapi juga memperkuat citra Indonesia sebagai kekuatan baru dalam penyelenggaraan event olahraga global.
Dengan semangat nasionalisme dan kesiapan infrastruktur, Indonesia tampaknya siap bukan hanya untuk menjadi tuan rumah tetapi juga pemimpin di arena bulu tangkis dunia.***