MEDIACAHAYU — Anggapan lama bahwa malaria tanpa gejala tidak berbahaya kini terbantahkan. Sebuah studi terbaru yang dipimpin peneliti Australia menemukan bahwa infeksi malaria subklinis justru dapat merusak sistem kekebalan tubuh.
Riset yang berfokus pada Plasmodium vivax—parasit malaria paling luas penyebarannya di dunia—diterbitkan dalam jurnal Molecular Systems Biology oleh Organisasi Biologi Molekuler Eropa. Temuannya mengungkap bahwa bahkan individu tanpa gejala tetap mengalami gangguan fungsi imun, terutama pada monosit, sel darah yang berperan penting melawan infeksi.
“Malaria tanpa gejala lebih berisiko dari dugaan sebelumnya karena dapat menekan fungsi kekebalan tubuh yang penting. Ini berpotensi mengurangi kemampuan tubuh membasmi parasit, melawan penyakit lain, atau merespons vaksin secara efektif,” ujar Diana Hansen, Ketua Program Penemuan Infeksi Universitas Monash, dikutip Rabu (10/9).
Dalam penelitian itu, peneliti memeriksa sampel darah penderita dengan dan tanpa gejala malaria P. vivax. Hasilnya, kedua kelompok menunjukkan tanda disfungsi imun. Pada kasus bergejala, gen terkait monosit menurun drastis, sementara pada kasus tanpa gejala aktivitas gen peradangan ikut terganggu.
Studi ini menekankan perlunya strategi baru dalam penanganan malaria, termasuk skrining dan pengobatan di wilayah endemik. Peneliti menilai, pendekatan lama yang menganggap infeksi tanpa gejala tidak berbahaya kini harus ditinjau ulang.