MEDIACAHAYU — PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 3 Cirebon memperlihatkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan melalui revitalisasi Taman Kota Cirebon di Jalan Siliwangi.
Program ini menjadi bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang diusung KAI, dengan misi menghadirkan ruang publik yang tidak hanya hijau dan fungsional, tetapi juga sarat nilai budaya lokal.
Manager Humas Daop 3 Cirebon, Muhibbuddin, menegaskan bahwa revitalisasi taman ini merupakan bentuk sinergi antara KAI dan Pemerintah Kota Cirebon.
Tujuannya bukan sekadar memperindah kota, tetapi juga memperkuat identitas sosial dan kultural masyarakat.
“Bukan sekadar ruang terbuka hijau, taman ini juga simbol identitas dan kebanggaan warga Cirebon,” ujar Muhib dalam keterangan resminya, Rabu (8/10)
Tugu dan Taman: Filosofi Hidup Warga Cirebon
Ikon utama taman berupa tugu dengan stilasi udang dan kapal menjadi simbol kuat dari Cirebon sebagai Kota Udang yang berakar pada budaya pesisir dan maritim.
Bentuk lengkung menyerupai tubuh udang dan garis-garis menyerupai kaki udang melambangkan ikatan sosial masyarakat yang dinamis.
Dua struktur yang saling berhadapan di puncak tugu mencerminkan nilai keseimbangan dan keharmonisan, dua hal yang menjadi ruh dalam kehidupan sosial masyarakat Cirebon.
Sementara motif bata di dasar lengkung menggambarkan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan zaman tanpa meninggalkan akar sejarah dan budaya.
Tak hanya tugu, desain taman pun memuat filosofi mendalam. Garis sumbu utara–selatan mengacu pada hubungan imajiner antara Keraton Cirebon dan Astana Gunung Jati, menyimbolkan keseimbangan antara pemerintahan dan spiritualitas.
Adapun bentuk plaza runcing seperti tombak melambangkan arah dan semangat masyarakat Cirebon untuk terus melangkah maju.
Lebih dari Sekadar Estetika
Muhibbuddin berharap revitalisasi ini dapat menjadi ruang publik yang nyaman dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat.
“KAI tidak hanya hadir untuk menghubungkan kota-kota melalui rel, tetapi juga ingin menjadi bagian dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat,” katanya.
Program TJSL ini diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana perusahaan BUMN dapat ikut menghidupkan kembali ruang publik yang merepresentasikan kekayaan budaya lokal.
“Kami percaya, kehadiran KAI tidak bisa dilepaskan dari komunitas tempat kami berada. Cirebon, sebagai kota yang kaya sejarah dan nilai budaya, pantas memiliki ruang publik yang mencerminkan identitasnya,” pungkas Muhib.***