MEDIACAHAYU – Di tengah gelombang konsumtivisme dan gempuran pinjaman daring yang menjebak banyak keluarga kelas bawah, sekelompok akademisi dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) memilih tak tinggal diam.
Mereka turun ke jantung permukiman padat di Cicadas, Bandung Timur, menggelar program edukasi finansial yang menyasar para ibu rumah tangga, pilar ekonomi keluarga yang kerap luput dari radar pembangunan.
Di Balai PKK Cicadas, kegiatan bertajuk “Literasi Keuangan untuk Ibu Hebat” digelar, Sabtu (29/6). Tema besar yang diusung, “Bijak Uang, Keluarga Bahagia”, bukan sekadar slogan manis.
Di baliknya, tersirat misi perlawanan terhadap jebakan gaya hidup modern yang membuat banyak keluarga miskin makin terperosok dalam utang konsumtif.
Dr. Raden Aswin Rahadi, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat SBM ITB, menegaskan urgensinya. “Ibu-ibu adalah bendahara sejati dalam rumah tangga. Mereka harus dibekali kemampuan agar tak mudah tergoda gaya hidup yang tak sesuai kantong,” ujarnya dikutip, Selasa (1/7/2025)
Materi utama disampaikan oleh Atika Irawan, MSc. Tak ada istilah ekonomi yang rumit ia sampaikan. Yang dibawa ke meja adalah soal dapur sehari-hari, bagaimana menyusun anggaran, cara menabung meski penghasilan serba pas-pasan, dan strategi menjauhi pinjaman daring yang berbunga mencekik.
Semua itu dibalut dalam simulasi sederhana dan dialog hangat, khas dunia perempuan.
Yang hadir bukan hanya dosen biasa.
Terlihat jajaran pakar dari Kelompok Keahlian Business Risk and Finance SBM ITB: Deddy Priatmodjo Koesrindartoto, PhD; Dr. Subiakto Soekarno; Taufik Faturrohman, PhD; Dr. Éneng Nur Hasanah; dan Kurnia Fajar Afgani, MBA.
Partisipasi para ibu, anggota PKK Cicadas menjadi denyut utama acara ini. Mereka aktif bertanya, berdiskusi, bahkan menceritakan pengalaman nyaris terjerat utang aplikasi pinjaman daring. Dari ruang sederhana itu, suara-suara kritis dan kesadaran baru mulai tumbuh.
Menurut Aswin, kegiatan ini bukan proyek sekali jalan. “Kami ingin bangun gerakan literasi keuangan dari bawah. Ini bagian dari tanggung jawab kampus terhadap rakyat,” katanya.
Bukan sekadar pengabdian formalitas, program ini mencerminkan wajah lain dari ITB yang mau mendekat pada persoalan konkret masyarakat. Saat negara masih abai pada pendidikan finansial rakyat kecil, akademisi memilih bergerak sendiri diam-diam, tapi tajam.***